Mahfudzot Kelas 1, Telur Hari ini Lebih Baik dari Ayam Esok Hari


Resiko, mengadu nasib, mahfudzot

Mengambil resiko dengan keberuntungan?

Untuk mahfudzot kelas 1 ini, sudah pernah kutulis di tahun 2013. Kali ini aku akan menulis ulang maknanya setelah 7 tahun berselang.

Ternyata Maksudnya Berbeda

Kukira mahfudzot ini bercerita tentang pengembangan diri. Ternyata tidak. Maksud sebenarnya adalah tentang jangan berjudi. Atau jangan tertipu angan-angan palsu.

Pepatah yang semakna juga ada dalam Bahasa Inggris. ‘A bird in the hand is worth two in the bush

Seekor burung di tangan lebih berharga dari dua ekor di semak-semak

Pepatah ini mengajarkan agar kau tak mengambil resiko. Karena kalau tergoda, kau malah bisa tak mendapat apapun.

Jangan Mengambil Resiko?

Mungkin lebih tepatnya jangan berjudi. Menggantungkan nasib hanya berdasarkan keberuntungan saja.

Di awal, saat beruntung, kau bisa dapat hasil berlipat. Tapi bisakah hal itu berulang. Tidak ada jaminan.

Saat ini mengambil resiko justru jadi primadona. Simak berbagai ungkapan pentingnya mengambil resiko berikut ini.

“Only those who will risk going too far can possibly find out how far it is possible to go.” — T.S. Eliot

“What you have to do and the way you have to do it is incredibly simple. Whether you are willing to do it is another matter.” — Peter Drucker

“It is only by risking our persons from one hour to another that we live at all.” — William James

Jadi kesimpulannya bagaimana? Mengambil resiko atau tidak mengambil resiko.

Apa Itu Resiko?

Akhirnya mau tidak mau harus tahu, apa itu resiko, atau dalam EYD risiko.

Berasal dari Bahasa Inggris, risk, artinya kurang lebih adalah situasi yang membuatmu terpapar bahaya. Definisi sederhana ini penting. Karena pertanyaan berikutnya adalah apakah ada situasi yang tidak berbahaya?

Orang memasak ada bahaya teriris, kompor meleduk, kena cipratan minyak. Semua ini beresiko. Kalau begitu, tidak ada yang tidak beresiko. Jadi ambil resiko atau tidak?

Pelajaran Resiko dari Heppy Trenggono

Usaha atau bisnis itu beresiko. Tapi resiko itu ternyata berbeda tiap orang.

Ibu rumah tangga pegang pisau untuk potong sayur beresiko? Jelas. Kalau anak lima tahun pegang pisau, beresiko? Sangat beresiko. Kalau penjual daging sapi pegang pisau, beresiko? Beresiko juga sih.

Secara bentuk resikonya sama, pegang pisau beresiko terpotong. Tapi di depan orang yang ahli, resiko menjadi lebih kecil. Bahayanya tetap ada tapi menjadi lebih bisa ditangani.

Itu pelajaran soal resiko dari Heppy Trenggono. Sampai sekarang pelajaran itu masih kupegang.

Bila kamu usaha warung kelontong, cari harga murah di pasar sudah biasa. Tapi bagi yang baru memulai resikonya lebih besar. Kurang lebih seperti itulah gambaranku soal resiko.

Pelajaran Resiko dari Pelaku Konveksi

Selain dari Heppy Trenggono ada juga pelajaran resiko dari pelaku usaha konveksi. Namanya Mas Andi. Ia memberiku pelajaran soal resiko.

“Mas, aku sudah bisnis konveksi ini 20 tahun lebih. Kalau sampeyan tahu, semua order konveksi itu terbagi jadi tiga”. Katanya.

“Yang pertama, yang pengerjaannya gampang untungnya besar. Ini mesti diambil.”

“Yang kedua, pengerjaannya gampang untungnya kecil. Kalau Sampeyan gak penuh, ambil saja.”

“Ketiga, pengerjaannya susah untungnya besar. Kalau bisa jangan diambil.”

“Bukan apa-apa, untung besar, berdasar pengalamanku, tidak ada bandingannya bila bermasalah. Bisa-bisa Sampeyan tidak bisa tidur berhari-hari.”

Aku hanya mengangguk-angguk saja. Tapi kalau dipikir, ada benarnya juga.

Intinya ada pada resiko. Bagaimana kemampuanmu mengatasi resiko? Apakah kau sudah punya ilmunya?

Bila kau sedang memegang pisau, apakah kau seorang chef, ibu rumah tangga, atau anak umur 5 tahun?

Hadapi dengan Bertahap

Mahfudzot kelas 1, telur hari ini lebih baik dari ayam esok hari memberi kesimpulan hadapilah resiko dengan bertahap.

Jangan menghadapi resiko, yang tidak kau pahami. Sebaliknya, tantanglah resiko yang kau pahami ilmunya. Bila berhasil, resapi prosesnya. Setelah itu tantang lagi level resiko di atasnya. Begitu seterusnya.

Dengan begitu kau akan berkembang. Kalaupun gagal, kau sudah paham resikonya di awal. Kegagalan juga proses belajar.

Wallahu a’lam.

4 thoughts on “Mahfudzot Kelas 1, Telur Hari ini Lebih Baik dari Ayam Esok Hari

  1. Ping-balik: Mahfudzot Kelas 1, Siapa Berjalan di Jalannya Sampailah Ia | Nasihat Bijak

  2. Ping-balik: Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari | Nasihat Bijak

  3. Ping-balik: Makna “Jer Basuki Mawa Beya” yang Jarang Diketahui Orang | Nasihat Bijak

  4. Ping-balik: Nasehat Kehidupan:  Sudahkah Kau Tahu Gunung dan Hutannya? | Nasihat Bijak

Bagaimana menurutmu kawan?