Kata-Kata Nasehat untuk Sahabat: Jangan Gampang Menuduhku


kata kata nasehat untuk sahabat, kata nasehat untuk sahabat,

“Ah dia memang tidak bisa dipercaya.” Ungkapku dalam hati. Sudah lebih dari tiga kali ia tidak menepati janji. Aku sudah mulai bosan. Tapi setelah aku mendengarkan dan mengikuti ceritanya, semua berubah. Seolah ia memberikan kata-kata nasehat untuk seorang sahabat: “Jangan gampang menuduhku.”

Dari semua kejadian ia tidak menepati janji, ada cerita yang membuatku berpikir ulang. Dan akhirnya aku bisa memaklumi perbuatannya. Kalau aku berada di posisinya, mungkin yang kulakukan akan lebih parah.

Sudut Pandang

Memang semua ini berasal dari sudut pandang. Sudut pandang ini sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman hidup. Dari pendidikan dan pengalaman hidup, yang lebih kuat membentuk sudut pandang seseorang adalah pengalaman hidupnya. Paling tidak itu menurutku.

Sudut pandang ini ada di pikiran seseorang. Bukti nyata bahwa sudut pandang itu ada bisa dilihat lewat tingkah lakunya.

Yang membuatku berbeda dengan sahabatku yang kuceritakan ini adalah sudut pandang. Aku dilihatnya sebagai seorang yang naif. Terlalu percaya dengan buku dan aturan yang seharusnya. Sementara aku melihatnya sebagai seorang yang tidak punya prinsip. Satu-satunya prinsip yang dimiliki adalah bagaimana caranya bisa mendapat keuntungan.

Ketika aku mendengarnya mengatakan bahwa ia akan membantuku, maka yang masuk dalam kepalaku adalah, ia akan bersungguh-sungguh membantu, menggunakan usaha terbaiknya.

Aku membutuhkan dipan. Karena ia juga sering berhubungan dengan pengusaha barang bekas, ia pasti punya kenalan dan informasi soal dipan bekas. Ia bilang, “Oke! Kubantu.”

Tiga hari, satu minggu berlalu tanpa ada kemajuan. Tidak ada progres. Aku mulai berpikir ia hanya bermanis lidah denganku. Ia tidak bersungguh-sungguh mencari.

Satu bulan sudah terlewat. Tidak ada berita.

Keesokan harinya aku memberanikan bertanya kepadanya, “Apakah ada kabar soal dipan bekas yang kucari Mas?”

“Oh iya, ini ada”. Ia menunjukkan gambar dipan di layar hape. “Ini jati, harga segini murah. Aku nggak ambil untung kok. Ini tak niati membantu.”

“Nggak ambil untung? Aku sih kurang percaya”. Dalam pikiranku.

“Oke Mas, tak ambil ya.” Jawabku

….

Setelah itu, kembali tidak ada kabar lanjutan. Aku jadi tidak sabaran. Setiap kali aku bertemu, selalu aku bertanya kepadanya.

Maka di suatu sore aku diajaknya. Lokasinya adalah rumah pengusaha barang bekas kenalannya. Banyak barang-barang bekas berserakan di halaman rumah.

Tapi pengusaha barang bekas ini nampaknya tidak ada di rumah. Ia pun bercerita kepadaku. “Aku sudah tiga kali datang ke rumah ini. Termasuk sore ini berarti empat kali. Dan sebagaimana kau lihat, orangnya memang tidak ada di rumah.”

“Dipan yang kau pesan sebenarnya sudah ada. Tapi kalau tidak ada pemiliknya, aku khawatir ada bagian yang tertinggal saat diangkut. Jadi aku tidak bisa mengambil dipan itu segera. Aku tahu kau memang sedang butuh banget dengan dipan itu. Tapi beginilah ceritanya.”

Aku hanya bisa manggut-manggut. Selama ini aku sudah salah paham dengan tingkah lakunya. Dan kesalahpahaman ini cukup disudahi dengan cerita dan kemauan mendengar ceritanya.

Dengarkan dan Posisikan Dirimu Jadi Dia

Memang untuk merubah sudut pandang tidak mudah. Kemauan untuk mendengar dan memahami jadi penting. Konflik dalam ikatan persahabatan seringkali dimulai dari tidak samanya sudut pandang.

Saat kedua pihak tidak ingin mendengarkan dan sama-sama keras kepala menganggap dirinya benar dan sahabatnya salah, persahabatan bisa buyar.

Padahal caranya sederhana. Dengarkanlah ceritanya. Posisikan dirimu sebagai dirinya. Bayangkan kau mengalami pahit dan manisnya yang ia rasakan selama ini. Maka kau akan sedikit banyak bisa memahami sudut pandangnya.

Pengalaman ini juga kuanggap sebagai kata-kata nasehat untuk sahabat: Jangan gampang menuduhku.

Wallahu a’lam.

2 thoughts on “Kata-Kata Nasehat untuk Sahabat: Jangan Gampang Menuduhku

Bagaimana menurutmu kawan?